STOP.......
jangan dipanjang-panjangin ceritanya, biar nampak panjang postingannya Ju. Durasi Ju.Durasi.
"Ok, siap laksanakan""Langsung saja......."
Sabtu malam. Malam minggu jelang tengah malam. Di kamar kost Jaja
Terjadi perbincangan 4 jomblo. Jaja, jeje, aku dan Jiji yang ngakunya jomblo padahal...., ah sudahlah.
Juju Jojo/Story. Perbicangan dimulai 3 babak. Babak 1 dimulai dengan masalah gagedt dan kawan-kawannya. Ranger rover pun ikut terseret dalam perbincangan itu walaupun nggak ada satupun dari kami yang punya. Doakan ya semoga salah satu dari kami ada yang punya, terus yang lainnya doakan juga punya roleroice, porche, ferari.
Doakan ya. Katanya Pak Ustad siapa yang doakan kebaikkan pasti kebaikkan itu akan kembali padanya. jadi kalau kakak-kakak pada doain semoga kakak-kakak sekalian juga dapat mobilnya.
Aamiin.
masuk sesi babak ke 2 malam telah larut. perbincangan mulai kearah yang agak serius. Masalah negara, ekonomi dan rakyat. A.K.A politik. Dimulai dari parpol, pemilihan presiden dan lainnya yang masih berbau negara.
Agak alot kalau tentang masalah politik karena setiap orang punya pandangan dan pendapat masing-masing. Kadang perbincangan memanas dan kadang terjadi gelak tawa. Memang rumit kalau mau dibuat rumit dan kadang bisa juga ditertawakan. Untung nggak ada yang sampai tersulut karena beda warna dan beda pilihan calon pemimpin.
Akhirnya masuklah babak ke 3, waktu menunjukkan pukul 3 subuh. Terkadang semakin larut malam dan semakin lelah seseorang akan semakin jujur. Katanya.
Tiba-tiba.
Jiji nyeletuk "Eh, jodoh masain Tuhan itu kayak apa ya "
Jaja menimpali " O... itu artinya gampang. sini aku kasih tahu, tapi air minumnya udah pada abis, terus gorengan juga pada abis, seret kalau ngomong nggak dikasih minum, Mana kampung tengah sekarang pada ikut berdiskusi"
Jaja memalingkan muka kepadaku
" Ju tolong belikan nasi goreng 4 bungkus, ni uangnya"
"Tapi Ja, mau cari di mana nasi goreng jam segini " kataku
"Beli ditempat biasa lah Ju, tempat Bang Jaka, kemarin dia bilang hari ini buka sampai subuh" imbuh Jaja
"Oke siap laksankan" kataku tanpa basa-basi karena sebenarnya memang lapar juga
"Kamu Ji kemasin piring dan gelas bawa kebelakang terus kamu Je tolong buatkan minuman lagi dan biarkan aku yang menunggu tempat diskusi ini supaya nggak sepi dan ada penyusup yang datang" sembari Jaja duduk kembali.
"Bilang aja mager Ja, pakai segala menunggu ruang diskusi" kata Jiji mukanya sedikit merengut mengemasi gelas dan piring.Jaja hanya tersenyum mendengar itu.
Aku pun bergegas pergi ke tempat Bang Jaka, warung nasgor langganan kami.
Akhirnya ritual makan subuh pun usai, semua kenyang semua berkumpul lagi untuk menyelesaikkan pertanyaan Jiji sambil Jaja menjelaskan.
"Gini Ji, jodoh maksaain Tuhan tu ya kayak gini,
"Ya Tuhan jadikan dia jodohku, kalau bukan dia, jadikan orang lain itu adalah aku yang akan menikahi dia"
Mintanya apapun gemana caranya pokoknya dia yang jadi pendampingnya. Padahal Tuhan lebih tahu dari dirinya mana yang terbaik , ah ...., ente..., kadang- kadang ente.
"Jadi nggak boleh ya " kata Jiji jeda sebentar lalu " Padahal Aku doa kayak gitu dari beberapa hari yang lalu"
Entah karena kekenyangan atau mabok kopi buatan Jeje yang super kental atau memang karena semakin mendekati subuh seseorang bisa keceplosan atau entahlah apa.
"Apa Ji, siapa Ji kepo aku. " selidik Jeje.
"Sebenarnya aku beberpa waktu lalu bertemu dengan seorang gadis cantik yang sebetulnya biasa aja, cuman ada satu hal yang membuatku jadi gemana gitu "
"Terpesona terus kesem-sem terus jatuh cinta" Potong Jeje
"Itu bukan jadi gemana gitu itu memang jatuh cinta, udah gitu pakai didoain pokoknya dia harus jadi jodohmukan ?" Jaja ikut menimpali.
"Ya juga ya" kata Jeje tertawa disertai semua yang ada disitu.
" Kalau cantik ya cantik aja, masak pakai embel biasa-biasa aja. kalau biasa aja mana mungkin sampai Jeje doa yang maksain Tuhan. Ngomong-ngomong siapa gadis itu Je ?" tanyaku
"OKe sebelum aku kasih tahu siapa orangnya, aku ceritakan kronologisnya. Kali pertama bertemu dia hendak menghisap darahku, kulihat sesuatu yang runcing dan mengkilat"
"Apaan tu, gigi taring" celetuk Jaja
"Ya kali, orang sekarang jadi pujaan hatimu itu vampir" Timpalku
"Bukan Ja, tapi itu semacam jarum untuk donor darah gitu , ya juga ya, masak di vampir" sambil Jiji garuk-garuk kepala.
"Waktu itu aku sedang donor darah gara-gara ketua tingkat kami mengadakan debat tetang politik di kelas ketika dosen berhalangan hadir., kelas dibagi dua kubu pro pemerintah dan kubu kontra. Perdebatan terjadi sangat sengit dan kelompok aku kalah" jeda Jeje sambil meyeruput kopi.
" Kalau ditanya kok bisa satu kelas ikut debat, Ini karena pesona ketua tingkatkatku satu lagi dia punya skill seperti makima di chain saw man, control devil.
Dia bisa mengontrol kelas dan membuat orang seakan patuh padanya dan kelompok yang ada dia didalamnya pasti menang. Dan itulah alasanku harus donor darah, karena yang kalah harus donor darah dan kalau nggak bisa harus membantu teman yang donor darah, Memang Makima sekali ketua tingkatku itu.
hehehe....
Tapi dia baik dan pengayom sekali orangnya."
"OKe je, oke je lanjut kecerita gadis manis pujanmu tadi kok tinggal nyebutin jadi kayanya harus ngalor ngidul, ujung-ujungnya bersambung ni ?" Tanya Jaja yang kesal dan penasaran.
Sambil senyum Jeje bilang
" OKe ja maaf, dia ternyata perawat magang yang mengambil darahku sekaligus cintaku yang masuk bersama aliran darahku dan ternyata waktu kerja bakti kemarin dia ada juga waktu mengantarkan makanan dan minuman untuk orang yang kerja bakti."
"Bentar je, kalau yang mengantarkan makanan dan minuman aku lihat semua, kak Ana itu guru dia udah berkelurga, mbak Sri Polwan dia udah punya anak satu, Bu Jesika juga malah bakal punya cucu. Tinggal satu yang belum itu Anak Pak Hamid yang baru selesai kuliah jurusan perawat. Siapa namanya aku lupa ?" Jaja menerangkan.
Sambil mengingat-ngingat peristiwa yang pernah tejadi Jiji bilang
"Itu Utami ja, kan dulu kita pernah bantu dia waktu motornya mogok"
Aku pun mendengar nama Utami anak Pak Hamid yang baru lulus dari akademi keperawatan jadi ingat pesan Pak Rt dua hari lalu.
"Eh aku baru ingat pesan Pak Rt tempo hari, kita disuruh bantu diacara resepsi anaknya Pak Hamid yang namanya Utami"
"Wah Je, ternyata doamu telah sahid sekarang, moga doamu tenang dialam sana bersama doa orang lain yang juga mengalami hal yang sama" Sambung Jaja.
Suasana hening sejenak dan...
"Paling nanti kita diminta jaga pakir terus disuruh ngajak Gusti dan Febru " Jiji memecah keheningan.
Jeje hanya diam dari tadi, entah apa yang dipikirkan. Tatapannya kosong. Memadang keluar pintu.
Tiba-tiba azan berkumnadang. Memecah keheningan kembali.
"Oke acaranya kita tuntaskan kali ini, ingat jangan ada yang tidur sebelum sholat subuh. Kalau ada yang ketahuan nggak solat subuh dapat jatah cuci wc"
"Oke boss.." jawab kami serentak kecuali Jeje.
Semua beranjak dari duduknya dan bergegas ke masjid yang nggak jauh dari kost.
Tinggalah Jaja dan jeje.
Aku yakin pasti Jaja punya solusi buat Jeje. Karena Jaja sudah kami anggap sebagai leader dikelompok kami. kakak yang nggak menampakan dirinya sebagai kakak.
Je, yang sabar ya........
No comments:
Post a Comment